Minggu, 27 Februari 2011

SESAR GRINDULU DI JATIM PATUT DIWASPADAI...

JAKARTA, KOMPAS.com — Hasil analisis sementara dari Tim Pusat Vulknologi dan Mitigasi Bencana Geologi menyebutkan bahwa getaran-getaran gempa kecil dan suara-suara gemuruh di dalam tanah yang terjadi di sekitar Gunung Wilis di wilayah Trenggalek dan sekitarnya di Jawa Timur disebabkan aktivitas Sesar Grindulu. Jika benar, maka aktivitas sesar tersebut patut diteliti secara saksama.
Ahli geologi, Rovicky Dwi Putrohari, yang rajin mengamati aktivitas geologi kegempaan di Indonesia mengatakan, aktivitas tersebut kemungkinan berupa swarm earthquake atau gerumbulan gempa. Dalam tulisan terbarunya di blognya, Dongeng Geologi, ia menjelaskan bahwa gerumbulan gempa yang berupa aktivitas di sesar atau patahan biasanya memang hanya berkekuatan I-II MMI (modified mercally intencity) dan berkekuatan kurang dari 3 Skala Richter (SR) sehingga hanya dirasakan orang-orang di sekitar pusat gempa saja.
Dengan kekuatan yang kecil, sensor gempa mencatatanya dalam kategori gempa tidak berbahaya. Namun, melihat data statistik yang ada, pusat gempa yang dirasakan ternyata memanjang sejajar dengan Sesar Grindulu yang selama ini dianggap tak aktif. Menurut Rovicky, fenomena gerumbulan gempa tersebut pantas diwaspadai dengan melakukan mitigasi dan riset yang mendalam.
"Misalnya perlu untuk menjawab pertanyaan, apakah mungkin swarm ini menunjukkan bahwa patahan Grindulu merupakan patahan aktif? Nah ini perlu dijawab dengan riset kegempaan yang benar," kata Rovicky. Hal tersebut perlu dilakukan agar jangan sampai Grindulu kecolongan seperti Sesar Opak di Yogyakarta yang ternyata aktif kembali pada tahun 2006 dan menimbulkan gempa besar dan banyak korban.
Menurut Rovicky, Sesar Grindulu termasuk patahan yang belum dipetakan secara rinci saat ini. Ia mengatakan perlunya memerhatikan aktivitas kegempaan di lingkungan sekitarnya. Patahan pasif atau non-aktif bisa saja aktif kembali karena pengaruh sekitarnya. Seperti Patahan Opak yang mungkin saja aktif kembali setelah tidur sekian lama karena aktivitas Gunung Merapi atau aktivitas kegempaan lainnya.
"Adanya beberapa patahan-patahan pasif yang paralel dan berpasangan dengan Patahan Opak ini yang perlu diperhatikan. Misal Patahan Grindulu yang membentang sejajar dengan Patahan Opak dari daerah Pacitan ke arah timur laut. Kajian sejarah kegempaan yang terekam dalam tanah berusia ribuan tahun sepanjang Sungai Grindulu barangkali dapat membantu memberikan periodisasi kegempaan di daerah ini," ujarnya dalam tulisannya lima tahun yang lalu.
Ia berharap Sesar Grindulu mendapat perhatian serius dari pemerintah untuk melakukan mitigasi. Pemerintah juga perlu memberikan pengetahuan yang benar kepada masyarakat di sekitar daerah rawan bahaya untuk sadar dan waspada setiap saat sehingga dapat mengambil tindakan terbaik saat terjadi bencana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar