Senin, 25 Maret 2013

"THE MAKERS of HISTORY"

My Dream: "THE MAKERS of HISTORY": Thread Not Solved Yet "Mereka mengerti bahwa kita - atau mereka - djikalau ingin mendjadi satu b...

"THE MAKERS of HISTORY"

Thread Not Solved Yet





"Mereka mengerti bahwa kita - atau mereka - djikalau ingin mendjadi satu bangsa jang besar, ingin mendjadi bangsa jang mempunjai kehendak untuk bekerdja, perlu pula mempunjai "imagination",: "imagination" hebat, Saudara-saudara!!!"


Inilah pidato Bung Karno di Semarang 29 Juli 1956 yang spektakuler itu.

Di pidato penting ini Bung Karno menekankan bagaimana cara, supaya Indonesia menjadi bangsa yang berpikir besar, punya impian-impian dan fantasi besar, tidak kalah dari Amerika. Wajarlah bila Bung Karno begitu dikagumi oleh bangsa Indonesia bahkan seluruh dunia.


"Saudara-saudara,
Djuga sadja pernah tjeritakan dinegara-negara Barat itu hal artinja manusia, hal artinja massa, massa.

Bahwa dunia ini dihidupi oleh manusia. Bahwa manusia didunia ini, Saudara-saudara, "basically" - pada dasar dan hakekatnja - adalah sama; tidak beda satu sama lain. Dan oleh karena itu manusia inilah jang harus diperhatikan. Bahwa massa inilah achirnja penentu sedjarah, "The Makers of History". Bahwa massa inilah jang tak boleh diabaikan ~ dan bukan sadja massa jang hidup di Amerika, atau Canada, atau Italia, atau Djerman, atau Swiss, tetapi massa diseluruh dunia.

Sebagai tadi saja katakan: Bahwa "World Prosperity", "World Emancipation", "World Peace", jaitu kekajaan, kesedjahteraan haruslah kekajaan dunia : bahwa emansipasi adalah harus emansipasi dunia; bahwa persaudaraan haruslah persaudaraan dunia ; bahwa perdamaian haruslah perdamaian dunia ; bahwa damai adalah harus perdamaian dunia, berdasarkan atas kekuatan massa ini.

Itu saja gambarkan, saja gambarkan dengan seterang-terangnja. Saja datang di Amerika,- terutama sekali di Amerika - Djerman dan lain-lain dengan membawa rombongan. Rombongan inipun selalu saja katakan : Lihat, lihat , lihat, lihat!! Aku jang diberi kewadjiban dan tugas untuk begini : Lihat, lihat, lihat!! - Aku membuat pidato-pidato, aku membuat press-interview, aku memberi penerangan-penerangan; aku jang berbuat, "Ini lho, ini lho Indonesia, ini lho Asia, ini lho Afrika!!"

Saudara-saudara dan rombongan : Buka mata, Buka mata! Buka otak! Buka telinga!

Perhatikan, perhatikan keadaan! Perhatikan keadaan dan sedapat mungkin tjarilah peladjaran dari pada hal hal ini semuanja, agar supaja saudara saudara dapat mempergunakan itu dalam pekerdjaan raksasa kita membangun Negara dan Tanah Air.

Apa jang mereka perhatikan, Saudara-saudara? Jang mereka harus perhatikan, bahwa di negara-negara itu - terutama sekali di Amerika Serikat - apa jang saja katakan tempoh hari disini " Hollandsdenken " tidak ada.

"Hollands denken" itu apa? Saja bertanja kepada seorang Amerika. Apa "Hollands denken" artinja, berpikir secara Belanda itu apa? Djawabnja tepat Saudara-saudara "That is thinking penny-wise, proud, and foolish", katanja.

"Thinking penny-wise, proud and foolish". Amerika, orang Amerika berkata ini, "Thinking penny-wise" artinja Hitung……..satu sen……..satu sen……..lha ini nanti bisa djadi dua senapa `ndak?........ satu sen……..satu sen……… "Thinking penny-wise"………"Proud" : congkak, congkak, "Foolish" : bodoh.

Oleh karena akhirnja merugikan dia punja diri sendirilah, kita itu, Saudara-saudara, 350 tahun dicekoki dengan "Hollands denken" itu. Saudara-saudara, kita 350 tahun ikut-ikut, lantas mendjadi orang jang berpikir "penny-wise, proud and foolish".

Jang tidak mempunjai "imagination", tidak mempunjai konsepsi-konsepsi besar, tidak mempunjai keberanian - Padahal jang kita lihat di negara-negara lain itu, Saudara-saudara, bangsa bangsa jang mempunjai "imagination", mempunjai fantasi-fantasi besar: mempunjai keberanian ; mempunjai kesediaan menghadapi risiko ; mempunjai dinamika.



George Washington Monument misalnja,
tugu nasional Washington di Washington, Saudara-saudara : Masja Allah!!! Itu bukan bikinan tahun ini ; dibikin sudah abad jang lalu, Saudara-saudara. Tingginja! Besarnja! Saja kagum arsiteknja jang mempunjai "imagination" itu, Saudara-saudara.

Bangsa jang tidak mempunjai : imagination" tidak bisa membikin Washington Monument. Bangsa jang tidak mempunjai "imagination"………ja, bikin tugu, ja "rongdepo", Saudara-saudara. Tugu "rong depo" katanja sudah tinggi, sudah hebat.

"Pennj-wise" tidak ada, Saudara-saudara. Mereka mengerti bahwa kita - atau mereka - djikalau ingin mendjadi satu bangsa jang besar, ingin mendjadi bangsa jang mempunjai kehendak untuk bekerdja, perlu pula mempunjai "imagination",: "imagination" hebat, Saudara-saudara.

Perlu djembatan? Ja, bikin djembatan……tetapi djangan djembatan jang selalu tiap tiap sepuluh meter dengan tjagak, Saudara-saudara, Ja , umpamanja kita di sungai Musi…….Tiga hari jang lalu saja ini ditempatnja itu lho Gubernur Sumatera Selatan - Pak Winarno di Palembang - Pak Winarno, hampir hampir saja kata dengan sombong, menundjukkan kepada saja "ini lho Pak! Djembatan ini sedang dibikin, djembatan jang melintasi Sungai Musi" - Saja diam sadja -"Sungai Ogan" - Saja diam sadja, sebab saja hitung-hitung tjagaknja itu. Lha wong bikin djembatan di Sungai Ogan sadja kok tjagak-tjagakan !!

Kalau bangsa dengan "imagination" zonder tjagak, Saudara-saudara !!


Tapi sini beton, tapi situ beton !! Satu djembatan, asal kapal besar bisa berlalu dibawah djembatan itu !! Dan saja melihat di San Fransisco misalnja, djembatan jang demikian itu ; djembatan jang pandjangnja empat kilometer, Saudara-saudara ; jang hanja beberapa tjagak sadja.

Satu djembatan jang tinggi dari permukaan air hingga limapuluhmeter; jang kapal jang terbesar bisa berlajar dibawah djembatan itu. Saja melihat di Annapolis, Saudara-saudara, satu djembatan jang lima kilometer lebih pandjangnja, "imagination", "imagination" "imagination"!!! Tjiptaan besar!!!



Jembatan raksasa Golden Gate di San Francisco,
sudah berdiri sejak tahun 1937

Kita jang dahulu bisa mentjiptakan tjandi-tjandi besar seperti Borobudur, dan Prambanan, terbuat dari batu jang sampai sekarang belum hancur ; kita telah mendjadi satu bangsa jang kecil djiwanja, Saudara-saudara!! Satu bangsa jang sedang ditjandra-tjengkalakan didalam tjandra-tjengkala djatuhnja Madjapahit, sirna ilang kertaning bumi!! Kertaning bumi hilang, sudah sirna sama sekali. Mendjadi satu bangsa jang kecil, satu bangsa tugu "rong depa".


Saja tidak berkata berkata bahwa Grand Canyon tidak tjantik. Tapi saja berkata : Tiga danau di Flores lebih tjantik daripada Grand Canyon. Kita ini, Saudara-saudara, bahan tjukup : bahan ketjantikan, bahan kekajaan. Bahan kekajaan sebagai tadi saja katakan : "We have only scratched the surface " - Kita baru `nggaruk diatasnja sadja.

Kekajaan alamnja, Masja Allah subhanallahu wa ta'ala, kekajaan alam. Saja ditanja : Ada besi ditanah-air Tuan? - Ada, sudah ketemu :belum digali. Ja, benar! Arang-batu ada, Nikel ada, Mangan ada, Uranium ada. Percajalah perkataan Pak Presiden. Kita mempunjai Uranium pula.

Kita kaja, kaja, kaja-raja, Saudara-saudara : Berdasarkan atas "imagination", djiwa besar, lepaskan kita ini dari hal itu, Saudara-saudara.

Gali ! Bekerdja! Gali! Bekerdja! Dan kita adalah satu tanah air jang paling cantik di dunia.




sumber : imperiumindonesia

My Dream: Polisi Jujur itu bernama Irjen "URSINUS ELLIAS MED...

Polisi Jujur itu bernama Irjen "URSINUS ELLIAS MEDDELU...:
Harta kekayaan mantan Kepala Korps Lalu Lintas Polri Irjen Djoko Susilo membuat orang menggeleng-gelengkan kepala. Dia memiliki seju...

Polisi Jujur itu bernama Irjen "URSINUS ELLIAS MEDDELU"



Harta kekayaan mantan Kepala Korps Lalu Lintas Polri Irjen Djoko Susilo membuat orang menggeleng-gelengkan kepala. Dia memiliki sejumlah rumah mewah, tanah, mobil, SPBU hingga bus pariwisata. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memperkirakan harta kekayaan Djoko lebih dari Rp 100 miliar.

KPK menduga uang ini berasal dari korupsi simulator SIM dan tindak pidana pencucian uang. Kasus Djoko masih ditangani KPK.

Sejak dulu posisi di Korps Lalu Lintas dinilai lahan basah. Perilaku para polisi yang kerap meminta damai pun menambah buruk citra penegak hukum ini. Benarkah tak ada sosok yang pantas diteladani dari Korps Lalu Lintas Polri?

Ternyata ada. Sosok teladan itu sejujur Jenderal Hoegeng. Tak serupiah pun uang kantor dibawa pulang. Hidupnya dihabiskan untuk memberikan teladan bagi korps lalu lintas.




Polisi jujur itu bernama Inspektur Jenderal Ursinus Ellias Meddelu. Dia menjabat Direktur Lalu Lintas Markas Besar Angkatan Kepolisian tahun 1965-1972. Setelah itu menjadi Kadapol (Kini Kapolda) Sumatera Utara.

Ursinus dikenal sebagai bapak Buku Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB). Dia juga yang membenahi sistem surat tilang.

Tapi apakah kemudian Ursinus mengambil keuntungan dari jabatannya? Apakah Ursinus memperkaya diri? Tidak sama sekali. Jenderal ini baru bisa punya rumah setelah mencicil mess dengan uang pensiunnya.

Bayangkan juga seorang jenderal yang tak mampu menguliahkan anak-anaknya karena kekurangan biaya.

"Kisah hidup Papa seperti sulit dipercaya. Papa meneladani Jenderal Hoegeng soal kejujuran dan pengabdian.

Akibatnya saya dan adik-adik tidak bisa kuliah karena kurang biaya," kata Elias Christian Meddelu, putra sulung Ursinus saat menerima tim liputan merdeka.com di rumahnya di kawasan Otista, Jakarta Timur.

Membandingkan Irjen Djoko Susilo dan Irjen Ursinus Meddelu adalah sebuah ironi. Sama-sama komandan lalu lintas Polri, dengan kekayaan yang bagai bumi dan langit.

Seperti Hoegeng, banyak cerita menarik soal Ursinus. Tim merdeka.com mengupas sekelumit kisah soal teladan langka di tubuh korps lalu lintas ini.

Speech "SOEKARNO"









                          
                       Indonesia's national heroes so "WISE and VISIONARY"

“Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri...” – Bung Karno

My Dream: P-E-N-G-H-I-B-U-R

My Dream: P-E-N-G-H-I-B-U-R: Setiap perkataan yang menjatuhkan Tak lagi ku dengar dengan sungguh Juga tutur kata yang mencela tak lagi kucerna di dalam jiwa.. a...

P-E-N-G-H-I-B-U-R

Setiap perkataan yang menjatuhkan
Tak lagi ku dengar dengan sungguh
Juga tutur kata yang mencela tak lagi kucerna di dalam jiwa..

aku bukan seorang yang mengerti tentang
kelihaian membaca hati
aku cuma pemimpi kecil yang berangan tuk merubah nasibnya..

oh bukankah ku pernah melihat bintang senyum
menghiasi sang malam
yang berkilau bagai permata
menghibur yg lelah jiwanya…

Ku gerak kan langkah kaki
Dimana cinta akan bertumbuh
Kulayangkan jauh mata memandangT
Tuk melanjutkan mimpi yang terputus...

Masih kucoba.. mengejar rinduku
Meski peluh membasahi tanah
Letih, penat tak menghalangiku
Tuk temukan bahagia...

Oh.. bukankah ku pernah melihat bintang
Senyum menghiasi sang malam
Yang berkilau bagai permata
Menghibur yang lelah jiwanya...

Bukankah hidup ada perhentian
Tak harus kencang terus berlari
Kuhela kan nafas panjang
Tuk siap berlari kembali...