Jumat, 06 April 2012

Trihari Suci dan 40 Hari Masa Prapaskah

 
* oleh: Romo William P. Saunders *

Terkadang saya mendengar imam dan juga yang lainnya mengatakan bahwa Trihari Suci bukanlah bagian dari Masa Prapaskah. Tetapi, jika saya menghitung hari dari Rabu Abu hingga Sabtu Suci, saya mendapati bahwa jumlahnya baru genap 40 apabila kita menghitung juga Trihari Suci dan tanpa menghitung enam hari Minggu sepanjang Masa Prapaskah. Saya tahu bahwa tanggal Rabu Abu secara khusus ditetapkan supaya Masa Prapaskah berjumlah 40 hari. Jadi, apakah benar saya mengatakan bahwa ketiga hari dari Trihari Suci adalah sungguh bagian dari Masa Prapaskah?
~ seorang pembaca di Woodbridge


Seperti dinyatakan dalam pertanyaan di atas, Masa Prapaskah memang dimulai pada hari Rabu Abu dan merupakan masa persiapan khusus selama 40 hari untuk merayakan Paskah. Juga, seperti dinyatakan dalam pertanyaan, penghitungan “40 hari” dimulai dengan hari Rabu Abu, dengan mengecualikan hari-hari Minggu sepanjang Masa Prapaskah, dan berakhir pada hari Sabtu Suci.

Empatpuluh hari Masa Prapaskah merupakan tradisi yang telah berlangsung lama dalam Gereja kita, teristimewa setelah disahkannya kekristenan pada tahun 313. Konsili Nicea (tahun 325), dalam hukum disiplinernya, mencatat bahwa dua sinode provinsial haruslah diselenggarakan setiap tahun, “satu sebelum Masa Prapaskah selama 40 hari.” St. Sirilus dari Alexandria (wafat 444) dalam serial “Surat-surat Festal” juga mencatat praktek dan lamanya Masa Prapaskah, dengan menekankan masa puasa selama 40 hari. Dan akhirnya, Paus St. Leo (wafat 461) menyampaikan khotbahnya bahwa umat beriman wajib “melaksanakan puasa mereka sesuai tradisi Apostolik selama 40 hari”. Orang dapat menyimpulkan bahwa pada akhir abad keempat, masa persiapan selama 40 hari menyambut Paskah yang disebut sebagai Masa Prapaskah telah ada, dan bahwa masa ini berakhir pada Hari Raya Paskah.

“Konstitusi tentang Liturgi Kudus” Konsili Vatikan II memaklumkan, “Dua ciri khas Masa Prapaskah - mengenang atau mempersiapkan pembaptisan, dan membina tobat - haruslah diberi penekanan yang lebih besar dalam liturgi dan dalam katekese liturgi. Masa Prapaskah merupakan sarana Gereja dalam mempersiapkan umat beriman untuk merayakan Paskah, sementara mereka mendengarkan Sabda Tuhan dengan lebih sering dan meluangkan lebih banyak waktu untuk berdoa” (no. 109). Selanjutnya Konsili menekankan, “Namun puasa Paska hendaknya dipandang keramat, dan dilaksanakan di mana-mana pada hari Jumat Sengsara dan Wafat Tuhan, dan bila dipandang berfaedah, diteruskan sampai Sabtu Suci, supaya dengan demikian hati kita terangkat dan terbuka untuk menyambut kegembiraan hari Kebangkitan Tuhan” (no. 110). Instruksi ini tampaknya menyatakan bahwa Masa Prapaskah, masa persiapan dalam doa, puasa dan matiraga terus berlanjut hingga Misa Paskah pertama, yaitu Misa Malam Paskah.

Namun demikian, dengan pembaharuan liturgi yang diprakarsai oleh Konsili Vatikan II, perayaan Trihari Suci (= Triduum) - Kamis Putih, Jumat Agung dan Paskah - juga dipertimbangkan kembali. Patut diingat bahwa Paus Pius XII sesungguhnya memulai praktek ini dan pada tahun 1951 mengembalikan Malam Paskah ke tempatnya yang lebih sesuai. Masing-masing liturgi Kamis Putih, Jumat Agung dan Malam Paskah tidak dipandang sekedar sebagai perayaan dari peristiwa-peristiwa yang terpisah, melainkan ketiganya sungguh dipandang sebagai satu misteri keselamatan. Oleh sebab itu, Misa Perjamuan Malam Terakhir Tuhan pada hari Kamis Putih tidak diakhiri dengan berkat penutup; melainkan berkat diberikan di akhir Misa Malam Paskah. Dalam ensikliknya yang indah, “Ecclesia de Eucharistia” Paus Yohanes Paulus II yang terkasih menulis, “Pencurahan Roh Kudus telah melahirkan Gereja, dan mengutusnya ke seluruh dunia. Tetapi saat yang menentukan bagi pencitraannya pastilah pendasaran Ekaristi di Ruang Perjamuan. Dasar dan sumber mata airnya adalah seluruh Trihari Suci Paskah. Dan semuanya ini seolah diramu, dipancarkan dan dipadatkan buat selamanya dalam karunia Ekaristi. Dalam karunia ini, Yesus Kristus dipercayakan kepada Gereja-Nya, sebagai penghadiran abadi Misteri Paskah. Dengan itu, Ia membentuk misteri `kesatuan waktu' antara Trihari Suci dan perlangsungan segala abad” (no. 5). Sebab itu, orang dapat beragumentasi bahwa Masa Prapaskah berakhir dengan perayaan Misa Perjamuan Malam Terakhir Tuhan pada hari Kamis Putih, yaitu awal dari Trihari Suci; namun demikian orang juga akan mendapati Masa Prapaskah yang kurang dari 40 hari, yang tidak sesuai dengan tradisi yang telah lama berlangsung.

Jadi, bagaimana? Mungkin, di sini tradisi mendapatkan penekanan yang lebih. Seperti dinyatakan di atas, Konsili Vatikan Kedua mengingatkan kita untuk mempertahankan puasa Paskah sepanjang Masa Prapaskah hingga Malam Paskah, yaitu Misa Paskah pertama. Namun demikian, kita juga patut merayakan Triduum sungguh sebagai satu peristiwa penyelamatan yang memungkinkan kita untuk hidup dalam realitas abadi dari perjamuan malam terakhir, sengsara, wafat dan kebangkitan Tuhan. Trihari Suci bahkan merupakan masa persiapan yang terlebih intensif dalam menyambut Paskah dan menghantar Masa Prapaskah pada puncaknya.

Kamis, 05 April 2012

Karena Ku Begitu Mengasihimu... (Kisah Sengsara Yesus)



Yesus berjumpa dengan Bunda-NyaKisah sengsara Yesus dalam Injil - terutama sekali tulisan St Lukas - menjadi sumber bagi sebagian besar dari keempatbelas perhentian Jalan Salib tradisional. Peristiwa Yesus dijatuhi hukuman mati oleh Pilatus, Yesus memanggul salib-Nya, Simon dari Kirene membantu memanggul salib, perempuan-perempuan yang menangisi-Nya, pakaian Yesus ditanggalkan, Yesus disalibkan, Yesus wafat, Yesus diturunkan dari salib dan dimakamkan, semuanya dicatat dalam Kitab Suci.

Tetapi bagaimana dengan peristiwa-peristiwa yang tidak disebutkan dalam Injil? Misalnya peristiwa Yesus berjumpa dengan Maria, Bunda-Nya; Veronika mengusap wajah Yesus; Yesus jatuh sebanyak tiga kali? Dari manakah kisah-kisah ini berasal? Tampaknya kisah-kisah tersebut berasal dari para peziarah perdana yang mengunjungi Yesusalem.


  Yesus berjumpa dengan bunda-Nya, Yesus jatuh tiga kali

Menurut Injil Yohanes, Bunda Maria berdiri dekat Salib Yesus (Yoh 19:25-27). Tidakkah Bunda Maria termasuk dalam rombongan yang mengikuti-Nya dalam perjalanan-Nya ke Kalvari, dan tidak mungkinkah mereka bertemu dalam perjalanan itu? Para peziarah yang napak tilas di sepanjang Via Dolorosa (=Jalan Sengsara) yakin dengan pasti akan hal tersebut.

Yesus tentulah teramat lemah selama sengsara-Nya. Jika tidak demikian, mengapakah Simon dari Kirene dipaksa untuk membantu memanggul salib-Nya? Bukankah penderaan yang dilakukan oleh para prajurit Pilatus demikian dahsyatnya? Para peziarah yang melewati Via Dolorosa dengan pasti menyimpulkan bahwa Yesus jatuh lebih dari satu kali oleh sebab kondisi-Nya yang sedemikian lemah. Sementara para peziarah sendiri menapaki jalan Yerusalem yang sulit serta berliku-liku, mereka yakin bahwa pastilah Ia jatuh berulang kali.


  Kisah Veronika

Veronika mengusap Wajah YesusKisah Veronika tidak diceriterakan dalam Injil mana pun, tetapi dicatat dalam tulisan-tulisan apokrip. Kisah Pilatus dari abad kedua mencatat bahwa seorang wanita bernama Veronika (Bernice, dalam bahasa Yunani) adalah wanita yang sama dengan yang telah disembuhkan Yesus dari sakit pendarahan (Mat 9:20:22). Wanita itu datang pada saat Yesus diadili di hadapan Pilatus untuk menyatakan bahwa Ia tidak bersalah.

Versi sesudahnya tentang kisah tersebut yang berasal dari abad keempat atau kelima mencatat bahwa Veronika memiliki sepotong kain dengan gambar Wajah Yesus. Para peziarah Barat kembali ke Eropa dan menceritakan kisah tentang Veronika. Oleh karena devosi Jalan Salib berkembang pada akhir abad pertengahan, kisah Veronika dikenangkan dalam perhentian keenam: Veronika mengusap Wajah Yesus dalam perjalanan-Nya ke Kalvari dan Yesus meninggalkan gambar wajah-Nya di kerudung Veronika. Reliqui dengan gambar Wajah Yesus, yang dikenal sebagai “Kerudung Veronika”, dihormati di Gereja St. Petrus di Roma sejak abad kedelapan.


  Veronika dan wanita-wanita lain yang melayani Yesus

Para wanita memainkan peranan penting dalam Jalan Salib. Sesungguhnya, Injil memberikan kesan yang baik tentang mereka sepanjang kisah sengsara. Dua Injil mengawali kisah sengsara dengan ceritera tentang seorang wanita tak dikenal yang meminyaki kepala Yesus dengan minyak wangi yang mahal harganya di rumah Simon si kusta, pada saat yang sama Yudas dan imam-imam kepala bersekongkol untuk membunuh Dia (Mat 26:6-13; Mark 14:3-9).

Yesus jatuh pertama kaliDalam perjalanan-Nya ke Kalvari, “Sejumlah besar orang mengikuti Dia; di antaranya banyak perempuan yang menangisi dan meratapi Dia.” (Luk 23:27). Sementara di Kalvari, “Ada di situ banyak perempuan yang melihat dari jauh” (Mat 27:55). Para wanita menghadiri pemakaman-Nya: mereka “ikut serta dan mereka melihat kubur itu dan bagaimana mayat-Nya dibaringkan. Dan setelah pulang, mereka menyediakan rempah-rempah dan minyak mur. (Luk 23: 55-56). Pada pagi Paskah, mereka datang untuk meminyaki Tubuh-Nya, tetapi mendapati bahwa makam telah kosong (Mat 28:1-10; Yoh 20:1-10).

Pada zaman Yesus, para wanitalah yang biasa menghibur mereka yang menjelang ajal serta menguburkan mereka yang meninggal. Kisah sengsara dalam Injil menunjukkan bagaimana para wanita menunaikan tugas-tugas mereka. Sungguh, Veronika memenuhi gambaran Injil secara mengagumkan - seorang wanita yang mengulurkan tangannya kepada mereka yang menderita serta menemukan wajah Tuhan yang tersembunyi di sana. 
 
 
 
 

JUMAT AGUNG

 

 

Mengapa disebut demikian ? Sejak kapan dirayakan dalam Liturgi Gereja ?
 
Pada awal kekristenan, khususnya pada abad pertama perhatian umat terarah kepada misteri Paska, bukan tertuju kepada misteri sengsara pada wafat Yesus. Namun demikian sejak abad ke 2 telah hidup tradisi “Menjaga Makam Yesus” selama 40 jam.

Pada abad ke 3, kemudian berlangsung hingga abad ke 6, ibadat Jumat Agung di Roma sangat sederhana, hanya terdiri dari bacaan-bacaan Kitab Suci dan doa-doa. Namun pada waktu itu Gereja telah menetapkan peraturan pantang dan puasa untuk umat, sehingga umat dapat mengambil bagian dari Sengsara Yesus.
Liturgi Jumat Agung yang antara lain terdiri dari “penyembahan salib” adalah tradisi umat kristiani di Yerusalem sejak abad ke 4. Pada hari itu, sejak pagi hari umat sudah berangkat menuju bukit Kalvari untuk mendengarkan Kisah Sengsara dan untuk mencium relikwi, yang diyakini sebagai salah satu bagian kecil Salib Yesus. Pada pukul 3 sore, mereka berkumpul kembali untuk mendengarkan nubuat-nubuat para nabi Perjanjian Lama, sebagaimana tercantum dalam Kitab Suci dan mendaraskan Mazmur-mazmur yang ada kaitannya dengan kisah sengsara.
 
Pada abad ke 7 tradisi tersebut mulai dipraktekkan di Roma. Sementara Mazmur 118 dinyanyikan, relikwi salib suci diarak dalam suatu prosesi dalam Basilik “Salib Suci”. Pada saat itu pula dinyanyikan “Ecce Lignum” (lihatlah Kayu Salib). Inti upacara Jumat Agung adalah perarakan salib suci dan penghormatan terhadap Salib Yesus.
Sejak semula tidak ada perayaan ekaristi, namun demikian imam dan umat yang hadir dapat menerima komuni kudus yang berasal dari sisa komuni kudus pada hari Kamis Putih sehari sebelumnya.
 
Liturgi Jumat Agung pada abad pertengahan terdiri dari liturgi sabda, yakni bacaan Kitab Suci dan doa, upacara penyembahan salib dan upacara komuni kudus tanpa misa.
Pada abad ke 16, muncul praktek ‘meditasi terhadap Jalab Salib’ dengan merenungkan kata-kata terakhir Yesus di atas kayu salib, “Bapa, kedalam tangan-Mu, Kuserahkan Roh-Ku”. Upacara liturginya berlangsung selama kurang lebih 3 jam yang terdiri dari liturgi sabda, penyembahan salib, dan komuni kudus. Liturgi sabda terbagi atas bagian bacaan Kitab Suci, doa umat meriah, dan diselingi dengan madah pujian. Kurang lebih empat abad lamanya, model liturgi dalam gereja berlangsung demikian.
 
Pada abad ke 20, sejak tahun 1955, dengan adanya pembaharauan dan penataan liturgi gerejani oleh Paus Pius XII, maka litrugi Jumat Agung meliputi liturgi sabda, doa umat meriah, penyembahan salib, dan komuni kudus. Pada bagian liturgi sabda, dikutip dua teks Kitab Suci Perjanjian Lama, masing-masing Hos 6:1-6 dan Kel 12:1-11 , demikian pula dibacakan atau bila perlu dinyanyikan “Kisah Sengsara Tuhan”, menurut penginjil Yohanes. Doa umat meriah dinyanyikan dengan intensi demi kepentingan seluruh Gereja yang kudus. Pada upacara penyembahan salib, kain penutup salib yang berwarna ungu dibuka dalam tiga tahap dan setiap kali imam menyanyikan “Ecce Lignum”, sedangkan umat menjawab “Venite Adoremus” lalu berlutut menghadap salib. Sementara umat dengan tertib mencium salib, koor menyanyikan “Improperia” dan “Pange Lingua Gloriosi”. Dilanjutkan dengan komuni kudus yang diiringi dengan nyanyian Mazmur 22.
 
Pada tahun 1970, dikeluarkan instruksi tentang Liturgi Jumat Agung, terbagi atas 3 baigan utama, yakni Ibadat Sabda yang didahului saat hening di mana imam meniarap, Penyembahan Salib dan Komuni Kudus, Warna Liturgi adalah merah. Upacara liturgi berlangsung sesudah siang hari. Pada umumnya tepat pukul 15.00. Bacaan I : Yes 52:13 – 53:12 Bacaan II : Ibr 4:14-16 ; 5:7-9 Bacaan Injil : Yoh 18:1 – 19:42
 
Untuk kita renungkan :
Di kayu salib, Yesus merelakan hidup-Nya agar kita selamat. Bersediakah kita umat-Nya mengorbankan diri agar orang lain selamat ? Semoga Yesus tidak disalibkan lagi setiap hari, karena setiap saat kita menyalibkan sesama kita. Dalam Jumat Agung, kita mengucapkan “Selamat Bersama Kristus”.

BERJAGA-JAGALAH & BERDOALAH....


Merpati


Rabu, 04 April 2012

PERJAMUAN MALAM TERAKHIR

PERJAMUAN MALAM TERAKHIR


Marilah kita sekarang masuk ke dalam kisah Passio-Ku…. Kisah yang akan mendatangkan kemuliaan bagi Bapa dan kekudusan bagi jiwa-jiwa terpilih lainnya….

Malam sebelum Aku dikhianati adalah malam penuh sukacita karena Perjamuan Malam Paskah, inaugurasi Perjamuan Abadi di mana manusia akan duduk makan menyantap DiriKu.

Andai Aku bertanya pada umat Kristiani, “Bagaimanakah pendapat kalian mengenai Perjamuan ini,” pasti banyak yang akan mengatakan bahwa inilah tempat sukacita mereka, tetapi sedikit saja yang akan mengatakan bahwa ini adalah sukacita-Ku…. Ada jiwa-jiwa yang menyambut Komuni, bukan demi sukacita yang mereka alami, melainkan demi sukacita yang Aku rasakan; sedikit sekali mereka, sebab sisanya yang lain hanya datang kepada-Ku untuk memohon berkat dan rahmat.

Aku memeluk segenap jiwa-jiwa yang datang kepada-Ku sebab Aku datang ke Dunia demi memperluas Kasih dengan mana Aku memeluk mereka. Dan karena kasih tidak bertumbuh kembang tanpa penderitaan, sedikit demi sedikit Aku mengambil kemanisan itu, membiarkan jiwa-jiwa dalam kekeringan. Dengan demikian, mereka berpuasa dari sukacita mereka sendiri demi membuat mereka mengerti bahwa fokus mereka seharusnya pada suatu kerinduan yang lain: DIRIKU.

Mengapakah kalian berbicara mengenai kekeringan seolah kekeringan adalah suatu tanda akan berkurangnya Kasih-Ku? Lupakah kalian bahwa andai Aku tidak memberikan kebahagiaan, kalian harus merasakan kekeringan dan lain-lain penderitaan kalian?

Datanglah kepada-Ku jiwa-jiwa, tetapi ketahuilah bahwa hanya Aku yang menghendaki segalanya dan yang mendorong kalian untuk mencari-Ku. Seandainya saja kalian tahu betapa Aku sangat menghargai kasih yang tidak mementingkan diri dan bagaimana hal itu akan dikenali di Surga! O, betapa jiwa yang memilikinya akan bersukacita!

Belajarlah dari-Ku, jiwa-jiwa terkasih, mengasihi hanya demi menyenangkan Dia yang mengasihi kalian…. Kalian akan mendapati kemanisan, dan jauh lebih banyak dari apa yang kalian tinggalkan; kalian akan menikmati begitu banyak dari apapun yang Aku buat kalian mampu lakukan. Aku-lah yang mempersiapkan Perjamuan. Aku-lah santapannya! Jadi, bagaimanakah mungkin Aku mempersilakan kalian duduk di meja-Ku dan membiarkan kalian berpuasa? Aku menjanjikan kepada kalian bahwa barangsiapa makan Aku, ia tidak akan lapar lagi…. Aku memberikan Diri-Ku seperti itu demi mengungkapkan Kasih-Ku kepada kalian. Dengarkanlah apa yang dikatakan para imam-Ku, sebab mereka menggunakan perjamuan Paskah ini untuk menghantar kalian kepada-Ku, tetapi janganlah berhenti pada apa yang manusiawi, jika demikian kalian akan meniadakan tujuan lain dari perjamuan ini.

Tak seorang pun dapat mengatakan bahwa Perjamuan-Ku telah menjadi santapan mereka apabila mereka hanya mengalami kemanisan…. Bagi-Ku, kasih bertumbuh kembang sebanyak mereka menyangkal diri.

Banyak imam-imam yang demikian sebab Aku ingin menjadikan mereka pelayan-pelayan-Ku, bukan karena mereka sungguh mengikuti Aku…. Berdoalah bagi mereka! Hendaknyalah mereka mempersembahkan kepada BapaKu kesedihan yang Aku rasakan ketika di Bait Allah Aku membalikkan meja-meja para pedagang dan Aku mengecam para pelayan pada masa itu oleh sebab mengubah rumah Allah menjadi suatu perserikatan pencetak uang.

Ketika mereka mempertanyakan kepada-Ku dengan kuasa apakah Aku melakukan hal itu, Aku merasakan suatu kepedihan yang bahkan terlebih mendalam dalam membuktikan bahwa penyangkalan paling dahsyat atas Misi-Ku berasal tepat dari para pelayan-Ku.

Sebab itu, berdoalah bagi para imam yang memperlakukan Tubuh-Ku dengan perasaan rutinitas dan, karenanya, dengan sangat sedikit kasih.

Kalian akan segera mengetahui bahwa Aku harus menyampaikan ini kepada kalian sebab Aku mengasihi kalian dan karena Aku menjanjikan pengampunan segala siksa dosa sementara bagi mereka yang berdoa bagi imam-imam-Ku. Tidak akan ada Api Penyucian bagi mereka yang menangisi imam-imam yang suam-suam kuku, melainkan mereka akan segera menuju Firdaus setelah hembusan napas terakhir mereka.

Dan sekarang, ijinkanlah Aku memelukmu lagi agar engkau menerima hidup yang, dengan sukacita tak terhingga, Aku jadikan engkau bagian darinya.

Malam itu dengan Kasih yang tak terhingga, Aku membasuh kaki para Rasul-Ku sebab itulah saat puncak untuk menghadirkan Gereja-Ku ke dunia.

Aku ingin jiwa-jiwa-Ku mengetahui bahwa bahkan meski mereka mungkin terhimpit oleh dosa-dosa terberat sekalipun, mereka tidak dikecualikan dari rahmat. Mereka bersama dengan jiwa-jiwa-Ku yang paling setia; mereka ada dalam Hati-Ku menerima rahmat-rahmat yang mereka butuhkan.

Aku merasakan kepiluan yang mendalam pada saat itu mengetahui, diwakili Yudas, Rasul-Ku, bahwa ada begitu banyak jiwa berkumpul di kaki-Ku dan dibasuh begitu banyak kali dengan Darah-Ku, namun mereka tetap sesat! Pada saat itu, Aku hendak mengajarkan kepada para pendosa bahwa hanya karena mereka telah berdosa, tidak sepatutnya mereka menjauhkan diri dari-Ku dengan berpikir bahwa tak ada lagi jalan dan bahwa mereka tidak akan pernah dikasihi sebanyak sebelum mereka berdosa. Jiwa-jiwa yang malang! Ini bukanlah perasaan Tuhan yang telah mencurahkan segenap Darah-Nya bagi kalian. Datanglah kepada-Ku kalian semua dan janganlah takut, sebab Aku mengasihi kalian. Aku akan membasuh kalian dengan Darah-Ku dan kalian akan menjadi seputih salju. Aku akan membenamkan dosa-dosa kalian ke dalam air Kerahiman-Ku dan tak ada lagi yang akan dapat merenggut Kasih-Ku kepada kalian dari Hati-Ku.

Kekasih-Ku, Aku tidak memilih engkau dengan sia-sia, tanggapilah pilihan-Ku itu dengan murah hati. Setia dan teguhlah dalam iman. Lemah-lembut dan rendah-hatilah agar yang lain mengenali kebesaran kerendahan hati-Ku.
@joecsr_777